Senin, 17 Maret 2014

Cerita Temannya Teman Saya

"Jika kelak dia kembali, apa kau akan menemuinya?"
"Tidak"
"Mengapa?"
"Mengapa aku harus menemuinya?"
"Ya, mengapa kau tak ingin menemuinya?"
"Bisa kau beri aku alasan, mengapa aku harus menemuinya?"
"Huufft, datanglah, setidaknya sebagai seorang teman"
"Untuk apa?"
"Untuk bersilaturahmi, tentu saja"
"Baiklah, aku akan datang jika semua temannya pun datang. Jika ada satupun yang tak datang, aku pun berhak untuk tak datang"
"Mengapa kau begitu keras kepala?"
"Mengapa kau begitu memaksa?"
"Ayolah, bersikap dewasalah. Hadapi semuanya dengan hati lapang"
"Ya, tentu saja, tapi tidak dengan menemuinya lagi"
"Kau benar-benar....."
"Benar-benar apa? Kau tidak merasakan bagaimana rasanya jadi aku, kan? Bagaimana aku hampir gila karenanya.."
"...."
"Apa yang kau pikirkan tentang pernikahan?"
"Aku? Mengapa kau tanyakan itu padaku? Kau tak hendak mengajakku menikah, bukan?"
"Sudah, jawab saja"
"Sesuatu yang amat sakral dan semua orang tentunya berharap hanya bisa merasakan itu sekali seumur hidupnya"
"Apa pantas pernikahan dipermainkan?"
"Tentu saja tidak"
"Apa yang ada dipikiranmu jika seseorang mengajakmu untuk menikah?"
"Jika orang tersebut adalah orang yang kukehendaki tentu saja aku sangat senang. Dia sangat mencintaiku"
"Kau Senang"
"Ya"
"Lalu bagaimana ketika kau masih terbuai dengan kesenanganmu, tiba-tiba orang tersebut meninggalkanmu?"
"...."
"Apa yang kau pikirkan?"
"Betapa tidak berartinya diriku hingga ia bisa mempermainkanku sedemikian itu"
"Itu juga yang aku rasakan, jadi jangan sekali-kali lagi kau memintaku untuk menemuinya jika dia datang"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan beri komentar atas tulisan saya :)