Senin, 09 Juni 2014

Surat untuk Penghuni Wisma A.Hassan

Dear penghuni wisma A.Hassan.

Saya Fithri. Saya kira semua orang di wisma sudah kenal saya *so terkenal* lewat blog ini saya sangat ingin mencurahkan segala perasaan saya tentang kalian semua melalui untaian kata yang entah akan menghabiskan berapa karakter.

Wahai, ketahuilah bahwasanya saya adalah seorang gadis dengan segudang kekurangan dan kecerewetan yang tiada tara. Entah Hariz atau Ian yang bilang bahwa wajah saya menipu usia, perlu saya ungkapkan bahwa sebenarnya yang menipu usia tidak hanya wajah saja, tetapi juga prilaku saya. Saya sangat childist. Kenapa? Entahlah saya juga tidak tahu dan sangat sulit merubah sikap tersebut.

Wahai, ketahuilah hampir 3 tahun saya ‘bergaul’ dengan penghuni wisma. Ada rasa yang berbeda ketika saya berkumpul dengan teman-teman lain. Perlu saya sampaikan bahwa sejujurnya bagi saya penghuni wisma bukanlah sekedar teman. Bagi saya penghuni wisma adalah saudara, keluarga. Sejujurnya sedikit pun tidak pernah terbesit dalam hati saya mengakui kalian sebagai teman-teman saya. Rasa keluargalah yang tertanam di hati saya untuk kalian semua #aseeek.

A Hamzah. Meskipun dirimu sok rariweuh teu puguh dan oces kabina-bina, tapi sejujurnya diriku sangat menghormatimu, nya meskipun diriku oge kadang teu sopan, sok nembalan wae, dan yang lain-lainnya. Entah mengapa juga terkadang saya merasa dianggap adi ku aa teh, meskipun memang mungkin yang ada di dalam pikiran aa hanya ada teh Fithroh Rosinah hahahaha dan meskipun abi tara menjadi alasan aa update status *naon coba* haha. Saya sangat berharap dirimu selalu ngajak diriku diajar masak tepikeun ka abi menang jodo siga Imas hehehehehe.

A Jalin. Pria dengan muka security tapi hati hello kitty hahahaha. Abi mah yakin da sigana teu aya jalmi nu nyangka A Jalin bageur pada pandangan pertama hehe peace. Diriku juga menganggap A Jalin sebagai kakak (ini bukan modus) haha. Ya, meskipun abi sareung aa kadang sok konslet alias tara nyambung. Naha cik kadang abi tara ngartos aa nyarios naon? Itu karena aa kalau ngomong itu gegerenyeman sedangkan abi rada bonge. Pan jadi teu nyambung -_- hahahaha. Okeh tapi intinya A Jalin kadang bisa menjadi teman yang baik 
 

Satya. Tah Satya mah sabener-benerna lanceuk abi wkwkwk. Gede hate pisan, bageur kabina-bina. Dirimu mah satu-satunya orang wisma yang kalau saya butuh bantuan langsung siap siaga hahaha. Thanks a lot! Aku padamu pokokna mah haha. Suatu saat kalau kamu kerja di periklanan, segera hubungi saya yaa :p dan hmmm speechleess ah sat, tidak terdeskripsikan oleh kata-kata tentang kamu mah euy wkwkwk.

Hariz. Budak nu menipu umur. Hariz mah sahate jeung abi wkwkwk mun abi menipu umur teh karena usia kolot tapi wajah unyu, ari Hariz mah sabalikna, umur ngora tapi wajah boros hahahaha. Dirimu adalah penghuni wisma pertama nu wani nyiksa abi heeeyyyy! Tapi no problem karena saya menikmati kenyeurisukuan saya hingga detik ini -_-

Ahmad. Seorang Ahmad adalah seorang yang sangat sulit ditebak. Abi yakin Ahmad bageur, tapi nya kadang sok cuek dan judes -_- oh ya saya perlu sampaikan ini, mat bahwa saya belum pernah minum es teh nu nikmatna sami dengan es teh buatan dirimu! Serius, mat! Enjing jualan es teh nya di GSP srng abi hahahaha.

Ian. Sejujurnya saja saya teh belum lama kenal Ian dan saya belum mengenal Ian secara lahir dan bathin hahaha tapi sigana abi mah bakal ngabalad srng Ian mah karena sama-sama bergolongan darah B. Kita mah selow ya kan Ian? Teu siga golongan darah O nu selalu jaim dan pundungan hahaha.

Anang. Anang sama dengan Hariz, boros wajah hahahaha maap nang, maap -_- tapi Anang bageur kok daekan mun dipiwarang meser nanaon ku abi tara loba omong deuih wkwkwkwk. Ulah berkecil hati nya nang tenang da jodo kamu sudah tertulis di Lauhul Mahfudz *rada teu nyambung kieu* tapi bae ah meh rada panjang  :3

Ijam. Wiih Ijam adalah satu-satunya penghuni yang berkharisma di wisma teh. Cicingeun pisan, kalem ah pokokna mah golongan darah A banget! Tapi nya kitu sakali mpok langsung benang kanu hatena teh hahahaha.

Maafkan saya lancang menulis ini dan mempostingnya. Maafkan saya juga yang telah sok tahu tentang sifat kalian. Ini hanya kalian dari kacamata saya. Da abi mah sanes A Hamzah nu siga paranormal ketika menceritakan diri kalian  saya hanya ingin mengungkapkan bahwa kalian dari kacamata saya telah membuat saya luruh dalam suasana kekeluargaan. Ingin saya ungkapkan tapi entahlah saya tidak mendapatkan kata-kata yang pas untuk mengibaratkan perbedaan kalian dengan teman-teman yang lain. Pokokna mah rasana beda weh! Abi terbuka seterbuka-bukanya dalam berbicara nya di wisma, nya ka barudak wisma. Da jujur ari ka batur mah tara seterbuka dan saoces kitu abi teh. Di luar mah abi teh anggun hahaha. Tentuna aya alasan kan naha bet abi bersikap sangat kekanak-kanakan ketika bersama penghuni wisma. Ya, salah satuna karena emang abi nganggap kalian keluarga nu bakal ngarti dan narima abi alus gorengna hehehehe. etapi nya jujur yeuh, meskipun Ian, Hariz, Ahmad, Anang, dan Ijam lebih muda dari saya, saya mah gak pernah anggap mereka adik karena saya selalu ingin menjadi adik tidak mau jadi kakak. Kakak mah kudu mengerti pan mun jadi adi mah rada leuheung hahaha. So, bagi kalian yang merupakan penghuni wisma, tolong jangan berharap lebih pada saya karena kita keluarga. Okey? Okey! Sip! hahaha

Duh kela can beres ieu teh..aya nu pundung hoyong diaku haha.

A Asep. Pami saur A Hamzah mah A Asep teh adalah orang nu bener-bener menemani abi ti orok jebrol di Jogja hehehe tapi emang leres sih...Moal aya nu tiasa ngawakilan rasa terima kasih abi ka A Asep mah. Waktu A Asep masih di Jogja, A Asep nu paling setia ka abi mah, hanjakal pisan pas saat-saat terakhir A Asep di UGM abi teu terang, bahkan abi teu sempat masihan bunga tabur saat A Asep di wisuda :(

A Nurul. Ekhem ieu nu hoyong diaku haha. A Nurul ge sami raka abi nu teu pernah bosen ngamotivasian abi supaya terjun ka dunia bisnis. Sayangna abi tara ngarespon terlalu jauh hahaha. Hampura a, abi teh atuh da teu bakat di dunia bisnis :(( Meskipun abi sareung A Nurul safakultas, duka da abi mah asa jarang tepang di kampus teh da..tepikeun ka ayeuna da tara ningali w. Di manakah dirimu, a? Sudahkah kau wisuda? Omat mun wisuda wartosan abi, ke abi bakal masihan bunga tabur hahaha.



Wisma A.Hassan rumah kedua saya di Jogja. Malah mah leuwih keneh betah di wisma tibatan di kos da di wisma mah aya TV, seueur tuangeun deuih hahaha. Pokokna mah ulah bosen nyaa dianjangan ku abi hehehehehe


Salam peace, love, and gaul! wkwkwk

Minggu, 06 April 2014

Cerita Temannya Teman Saya Part III

"Kamu percaya kalau cinta bisa datang karena terbiasa?"
"Tidak"
"Hahaha..hanya kamu yang mengatakan tidak"
"Mengapa kau tak mempercayainya?"
"Karena aku tak merasakannya"
"Bagaimana dengan teori bahwa cinta bisa diciptakan"
"Nah, kalau yang itu mungkin bisa"
"Lalu mengapa kamu tidak mencobanya? Supaya tiap hari aku tidak mendengar keluhanmu lagi tentang mantanmu itu, bahwa kamu tidak bisa lupa lah, masih sayang lah, ini lah, itu lah...."
"Aku hanya tak ingin mencobanya"
"Mengapa? Kau takut mencintai orang tapi orang itu tidak mencintaimu?"
"Bukan"
"Lantas?"
"Ya, hanya karena aku tak ingin saja"
"Ayolah, semua pasti ada alasannya"
"Tidak usah kukatakan, aku yakin kau sudah mengerti alasannya"
"Hoho, kau tidak ingin mencoba karena kau tidak ingin move on kan?"
"Bukan itu bodoh"
"Lalu?"
"Hhh..aku tak ingin merasakan sakit hati lebih dari yang aku rasakan saat ini"
"Maksudmu?"
"Aku bisa saja melakukannya, tapi...."
"...."
"...tapi aku hanya membayangkan bagaimana jika orang yang kucintai melakukannya"
"Maksudmu mantanmu menciptakan cinta untuk orang lain?"
"Ya"
"Haha, ayolah, kau pikir dia akan sakit hati jika kamu move on? Kau pikir dia belum bisa melupakanmu?"
"...."
"Kamu terlalu naif"
"Aku hanya sering membayangkan, bagaimana jika dia mencintai gadis lain"
"Hufff"
"Aku masih ingin menangis jika mengingat bahwa dia pernah mengajakku menikah..."
"Sudahlah, lupakan saja"
"...tapi tanpa alasan yang jelas dia pergi meninggalkanku. Wanita mana yang mau menerima kenyataan getir itu?"
"Ayolah, ini sudah lewat dari 3 bulan sejak kejadian itu. Tidakkah kau ingin melupakannya?"
"Melupakan itu sama dengan melupakan impianku"
"Segitunya..maafkan aku karena telah mengajakmu berbicara tentang cinta lagi"
"...."
"Sudah jangan menangis. Tidakkah kau ingin menciptakan cinta denganku? Bukankah kita sudah terbiasa bersama? Tidakkah kau ingin bahwa teori cinta datang karena terbiasa itu bisa kau rasakan sehingga kau bisa mempercayainya? Hahahaha"
"Kamu bodoh, idiot"
"Tenanglah. Seseorang yang lebih baik mungkin sebentar lagi akan datang untuk melamarmu"
"Ya, tapi aku tak yakin bisa melupakannya, meskipun aku memutuskan untuk menikah dengan orang lain selain dia. Dosakah aku?"

Jumat, 21 Maret 2014

Cerita Temannya Teman Saya Part II

"Wahai, aku masih belum mengerti mengapa engkau tak ingin menemuinya?"
"Haruskah aku jelaskan secara detail padamu?"
"Jika kau ingin, katakanlah"
"Jika aku tak ingin?"
"Ayolah, katakan saja, siapa tahu aku bisa membantumu"
"Kau masih saja memaksa, jadi sebenarnya siapa yang ingin?"
"Hhh, baiklah aku yang meginginkannya. Aku penasaran"
"Sebenarnya aku tak ingin lagi mengungkit hal itu..."
"Apa kini kau membencinya?"
"Tentu saja tidak, kau pikir waktu lebih dari 5 tahun yang kuhabiskan untuk mencintainya bisa terhapus hanya dengan waktu 3 bulan saja?"
"Lalu mengapa kau tak ingin menemuinya?"
"Bukankah aku sudah mengatakannya kepadamu?"
"Kapan?"
"Kau tak mengindahkan semua perkataanku. Sudahlah, jangan bertanya lagi"
"Hey, ayolah, mengapa kau menjadi begitu sensitif?"
"Aku tidak membencinya, aku hanya tidak ingin menanggung risiko jika aku memutuskan untuk menemuinya"
"Risiko? Risiko apa?"
"Kau tak akan mengerti"
"Ya, tentu saja aku tak akan mengerti jika kau tak berusaha menjelaskannya padaku sehingga aku bisa mengerti"
"Sulit. Sangat sulit untuk kujelaskan"
"Apa ini ada hubungannya dengan pertanyaan pernikahan yang kau ajukan padaku?"
"....."
"Kau diam? Bukankah tebakanku benar?"
"...."
"Mengapa? Mengapa kau begitu berlebihan menanggapinya?"
"Apa kau bilang? berlebihan katamu? hey, kau sendiripun mengatakan bahwa pernikahan tidak pantas dipermainkan"
"Ya, benar pernikahan tak pantas dipermainkan, kau hanya mengibaratkan. Bukankah tidak terjadi pernikahan di antara kalian?"
"Apa bedanya dengan janji pernikahan..."
"Hahaha...ayolah, aku yakin kau pasti tahu, Afgan pun tahu bahwa jodoh pasti bertemu"
"Ya, dia mengatakan hal yang sama sebelum akhirnya memutuskan meninggalkanku"
"Nah, itu kau mengerti"
"Ya, aku mengerti, yang tidak kumengerti mengapa dia harus mengatakan hal tersebut setelah dia mengajakku...."
"menikah?"
"...."
"Oh, come on! Lalu kau merasa tidak berarti saat dia meninggalkanmu setelah mengajak kau menikah?"
"Tentu saja!"
"Kekanak-kanakan sekali"
"..."
"Wahai, dia sudah memilih jalan yang baik dan mungkin saja benar. Mengapa kau tidak menghormati keputusannya dan malah uring-uringan begini?"
"Kau tidak tahu apa-apa. Aku selalu menghormati keputusannya andaikan dia mau mengatakannya padaku"
"Bukankah dia mengatakannya?"
"Ya, tapi tidak semuanya. Ah sudahlah, kau terlalu kepo"
"Aku hanya ingin membantumu untuk bertemu dengannya jika kelak dia datang"
"Tidak perlu. Itu merepotkanmu"
"Tidak, sama sekali tidak"
"Toh dia juga tak akan pernah mau bertemu denganku"
"Siapa bilang? Bagaimana jika ternyata dia mau?"
"Ah sudahlah, kau terlalu banyak berkhayal"
"Ayolah, temuilah jika dia datang"
"Tidak"
"Mengapa?"
"Mengapa harus?"
"hhhh mulai lagi, temuilah, apa kau memang benar membencinya kini?"
"Tidak"
"Lalu mengapa?"
"Aku tak ingin menanggung risiko dan aku yakin kau pun tak kan mampu bertanggung jawab atasku"
"Jika?"
"Jika aku bertemu dengannya, lalu aku mulai merasakan getaran cinta itu tumbuh (lagi)"

Senin, 17 Maret 2014

Cerita Temannya Teman Saya

"Jika kelak dia kembali, apa kau akan menemuinya?"
"Tidak"
"Mengapa?"
"Mengapa aku harus menemuinya?"
"Ya, mengapa kau tak ingin menemuinya?"
"Bisa kau beri aku alasan, mengapa aku harus menemuinya?"
"Huufft, datanglah, setidaknya sebagai seorang teman"
"Untuk apa?"
"Untuk bersilaturahmi, tentu saja"
"Baiklah, aku akan datang jika semua temannya pun datang. Jika ada satupun yang tak datang, aku pun berhak untuk tak datang"
"Mengapa kau begitu keras kepala?"
"Mengapa kau begitu memaksa?"
"Ayolah, bersikap dewasalah. Hadapi semuanya dengan hati lapang"
"Ya, tentu saja, tapi tidak dengan menemuinya lagi"
"Kau benar-benar....."
"Benar-benar apa? Kau tidak merasakan bagaimana rasanya jadi aku, kan? Bagaimana aku hampir gila karenanya.."
"...."
"Apa yang kau pikirkan tentang pernikahan?"
"Aku? Mengapa kau tanyakan itu padaku? Kau tak hendak mengajakku menikah, bukan?"
"Sudah, jawab saja"
"Sesuatu yang amat sakral dan semua orang tentunya berharap hanya bisa merasakan itu sekali seumur hidupnya"
"Apa pantas pernikahan dipermainkan?"
"Tentu saja tidak"
"Apa yang ada dipikiranmu jika seseorang mengajakmu untuk menikah?"
"Jika orang tersebut adalah orang yang kukehendaki tentu saja aku sangat senang. Dia sangat mencintaiku"
"Kau Senang"
"Ya"
"Lalu bagaimana ketika kau masih terbuai dengan kesenanganmu, tiba-tiba orang tersebut meninggalkanmu?"
"...."
"Apa yang kau pikirkan?"
"Betapa tidak berartinya diriku hingga ia bisa mempermainkanku sedemikian itu"
"Itu juga yang aku rasakan, jadi jangan sekali-kali lagi kau memintaku untuk menemuinya jika dia datang"

Mereka, Kawanku Part II

Karena hidup tidak melulu soal cinta kepada pasangan.

Oh iya, pada postingan kemarin  di akhir saya beri note: to be continued, nah sambungannya tidak pada postingan selanjutnya melainkan bisa dilihat pada postingan teman saya di sini. Atau bisa juga membaca masing-masing karakter kami pada fiksi mini ini. Karakter yg diceritakan dalam fiksi mini tersebut memang 'hampir' sesuai dengan masing-masing karakter di antara kami, tapi jujur saya merasa jiji sekali dengan karakter saya yang diceritakan oleh si emak hahaha. Cerita itu fiksi artinya tidak semua yang diceritakan di situ nyata terjadi. Eh, satu hal lagi yang bohong dari fiksi tersebut, karakter emak sebenernya gak sekalem itu. Serius! Believe me wkwk *peace, mak!*
 Lalu bagaimana tanggapan saya sendiri mengenai masing-masing dari mereka? Kalau untuk urusan ini, saya menjadi pengikut Rozi yang tidak akan mengumbarnya di publik karena ini tidak hanya menyangkut saya. Biar masing-masing dari kami saja yang tahu. Pada intinya, di mata saya, Iza itu seperti per, Indi seperti cambuk, Budi seperti cermin, dan Rozi seperti air. Terserah mau ditafsirkan seperti apa :D



Hampir semua orang yang mengenal saya, pasti tahu mengenai cinta pada pasangan yang selalu berakar kuat di dalam lubuk hati saya *halah, saya juga terkenal dengan orang yang sangat sulit move on. Saya tidak menyangkal itu. Akan tetapi belakangan ada yang menampar saya untuk berani membuka mata. Membaca kenyataan.

Jika pada video perdana yang dibuat salah satu harapan saya ingin segera menikah, lain halnya dengan saat ini, saya sudah mengubah rencana alur hidup saya. Dan, hey! Entahlah, saya merasa lebih dewasa dan bisa berpikir lebih tenang serta positif! hahaha. Saya memiliki dua rencana untuk masa depan saya. Urusan jodoh? Tidak, tidak hanya tentang itu. Kali ini untuk urusan jodoh saya tidak akan terlalu ikut campur tangan, saya sudah memasrahkan urusan tersebut pada-Nya karena saya tahu saya sudah ditakdirkan dengan dia yang telah lebih dulu tercatat di lauhul mahfuz. 

Bagi saya jodoh adalah misteri. Misteri yang akan mengungkap tabir dengan sendirinya.

Mari ikuti juga blog Budi, Iza, Rozi, dan Indi.

Senin, 13 Januari 2014

Mereka, Kawanku

Hidup itu pilihan, bahkan ketika kamu memutuskan untuk tidak memilih.

Sekitar dua tahun setengah saya di sini, di tanah Jogjakarta, menimba ilmu bersama 46 teman satu angkatan + satu jurusan. Ada banyak hal yang telah dilewati, ada banyak proses yang pernah dijalani. Iya, hingga saya sampai pada titik ini. Mungkin saya tidak akan pernah berada pada titik ini jika tidak karena dukungan dari berbagai pihak, salah satunya para sahabat.

Selama saya di UGM saya berkali-kali berganti teman sepermainan. Entahlah, apa saya termasuk orang yang pilih-pilih atau seperti apa, tapi yang jelas kenyamanan memang merupakan salah satu hal yang menentukkan bertahan atau tidaknya kita dengan seseorang. Pada titik ini saya berdiri, berdiri bersama 4 sahabat saya. Sahabat, tentu saja mereka sahabat. Kenyamanan itu ada bersama mereka, entah kapan tepatnya pertama kali kami memutuskan untuk menganggap satu sama lainnya sebagai sahabat, yang jelas yang saya ingat, semua berjalan seiring dengan seringnya kami berada pada satu kelompok, dalam mata kuliah apapun. Saya tidak membeda-bedakan teman yang lain, saya bisa berteman dengan siapa saja, tetapi bukankah tiap orang tidak bisa berbagi --apapun itu--dengan semua orang? Tentunya mereka memiliki beberapa saja yang bisa diajak berbagi, bukan?

Mereka sahabat saya, sahabat yang 'ada' saat saya kecewa, sahabat yang selalu mendengar cerita saya tentang apapun --keluarga, cinta, biaya hidup, akademik, bahkan cerita geje saya--Saya bahagia mereka selalu memotivasi saya, bahkan ketika saya harus kehilangan sosok lelaki yang (masih) sangat saya cintai. Saya selalu menyebut mereka (untuk diri saya sendiri) 'Diza Dizi', itu akronim dari nama belakang mereka, 'Di' pertama untuk Indi, 'Za' untuk Iza, 'Di' kedua untuk Budi, dan 'Zi' untuk Rozi. Saya bahagia bersama mereka, bersama kekonyolan, kegejean, 'sedikit' kedewasaan, dan ujian hidup dari mereka (Soalnya mereka juga kadang menguji emosi banget--")


Ini nih muka-mukanya =D

Sebenernya pengen tak ceritain karakter masing-masing dari mereka, tapi takut ngambek. Nanti saya dibacok, kan serem--"

Saya cuma berharap, siapapun kelak pendamping hidup saya, dia bisa menerima teman-teman saya sebagai temannya, terutama keempat bocah ini =D


*to be continued...

Senin, 30 Desember 2013

Malam Akhir Tahun

Besok malan tahun baru, ya, berarti malam ini adalah malam akhir tahun. Duh, gak kerasa setahun itu ternyata cepet banget. Saya masih sangat ingat ketika pergantian tahun 2012 ke 2013 malam hari saya dan adik saya tidur di tengah rumah, sebenarnya kami tidak tidur, kamu hanya melamun. Saat itu saya memang melamunkan beberapa hal terkait apa yang akan saya lakukan di tahun 2013.

Alhamdulillah dari sekian yang saya rencanakan, ada beberapa yang memang telah terealisasi. Mendapat pekerjaan, contohnya. Ya, pekerjaan memang merupakan salah satu doa yang saya panjatkan ketika malam pergantian tahun itu. Syukur hamdalah 3 bulan ke belakang ini saya sudah bisa mendapat pekerjaan. Memang gajinya tidak seberapa, tetapi yang saya yakini adalah proses yang akan mengantarkan saya pada hasil dan pengalaman berharga. 

Dan malam ini --lagi-- saya termenung, apakah saya yakin akan melanjutkan rencana yang belum terealisasikan di tahun 2013 atau saya harus melupakan beberapa yang memang kurang bermanfaat? Saya bimbang. Akan tetapi, satu hal yang pasti, tahun 2014 besar harapan saya untuk mendapatkan beasiswa. Entah beasiswa apapun itu. Oh ya, ada satu hal yang sepertinya harus saya lupakan, impian untuk menikah di tahun 2014, sepertinya saya memang harus mengubur impian tersebut. 

Tahun 2014 saya akan mendapat pengalaman baru, tinggal 2 bulan di pulau terluar di Indonesia --Maratua, Kalimantan Timur-- saya tidak bisa lebaran di rumah, saya akan melewati banyak hal dengan tidak lagi memikirkan masalah pacar-jodoh-nikah dan hal-hal yang berkaitan dengan hal itu. Semua tentang cinta mungkin untuk sementara harus diakhiri di tahun 2013. Ada banyak pengalaman yang menanti tanpa harus memikirkan cinta, kan?

2014 saya harus bisa MOVE ON | #Hffttttt -_-"