Jumat, 27 Januari 2012

dari catatan Al-Ustadz Yudi Wahyudin

Allah menciptakan dalam diri seorang mukmin sebuah rumah. Dan Allah meletakkan dalam rumah itu singgasana ilmu. Bertelekan dalam singgasana itu rasa cinta dan tauhid. Di atas singgasana terbentang ridha dan syukur. Di sebelah kanan singgasana ada perintah dan sebelah kiri ada larangan.

Kemudian pintu surga terbuka hingga penghuni rumah merindukannya. Rumah itu selalu dihujani ucapan istighfar, tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil dari sang pemiliknya.

Halaman rumahnya ditanami pohon ketaatan dan amal sholeh. Tanaman itu akarnya menancap dalam bumi dan batangnya menjulang tinggi ke angkasa. Tanaman itu berbuah cinta, taubat, dan takut kepada Allah setiap saat dengan idzin-Nya. Pohon itu terus menerus mendapatkan pupuk dari tadabbur, tafakkur, dan amal sholeh.

Di rumah itu pun tergantung sebuah lampu yang terang benderang, yaitu lampu ma’rifat dan keimanan. Minyak lampunya berasal dari minyak pohon yang bukan dari timur, bukan pula dari barat. Yaitu minyak dari pohon yang penuh berkah yang hampir-hampir menyala walau belum tersentuh api.

Dan di pinggir-pinggir rumah, ada pagar kuat yang mengelilingi dan melindungi dari masuknya ancaman dosa dan lupa, ancaman serigala setan, serta terkaman binatang buas kerakusan. Di depan pagar kuat itu, ada malaikat penjaga baik sang pemilik dalam keadaan terjaga maupun tertidur. Hingga sang pemilik merasa tenang dari segala gangguan. Sekali gangguan itu datang, ia pun segera memeriksa apa ada kerusakan yang harus dibenahi?
Tahukan anda? Rumah itu adalah hati!

#seperti-itukah_Rumah-Kita?